One Step at A Time

one step at a time

One step at a time. Inilah salah satu pelajaran yang saya dapat hari ini. Kerjakan satu per satu, kira-kira begitu terjemahan bebasnya.

Ketika memulai sesuatu, bahkan ketika sudah mengerjakannya, sering kali kita merasa ada banyak hal yang mesti dilakukan. Ketika mengerjakan A, tidak jarang juga kita bernafsu menyelesaikan B, C, D, dan seterusnya. Salah? Bisa tidak, bisa juga iya. Tergantung situasi dan kondisi.

Tapi, pekerjaan apa sih yang tidak menggoda kita untuk mengerjakan banyak hal dalam satu waktu? Bahkan aktivitas di toilet pun sudah sambil main hape. Sehingga waktu yang dihabiskan di toilet menjadi relatif (jauh) lebih lama. Betul atau betul?

Awalnya kita mau cepat, eh, ternyata malah lebih lama. Kita mau mengerjakan banyak hal berbarengan dengan resource yang ini-ini juga. Kita mau praktis, sayangnya malah jadi tidak efektif, juga tidak efisien.

Inilah yang menyebabkan ungkapan “one step at a time” punya kelebihannya tersendiri. Susun langkah-langkahnya, lalu jalani. Jangan kemaruk, begitu intinya. Sabar, jalani prosesnya. Pintar-pintarlah mengukur diri dan menyusun strategi.

Launching KUDO mobile application, Kamis (3/3/2016), di Bawean Resto, Bandung
Launching KUDO mobile application, Kamis (3/3/2016), di Bawean Resto, Bandung

Ini juga yang saya pelajari dari KUDO ketika menghadiri launching mobile application mereka. Saya pikir, start-up yang berdiri pada Juli 2014 ini cukup sabar menjalani proses. Mereka mengukur kemampuan dan kebutuhan dengan baik.

Saat awal berdiri, mereka fokus pada penguatan jaringan agen. Agen-agen mereka menawarkan produk ke konsumen menggunakan gadget, semacam tablet, untuk menjajakan dagangan. Singkatnya, kalau mau menjadi agen Kudo, maka harus menggunakan tablet-nya mereka.

Nah, sekarang mereka melakukan lompatan dengan membuat mobile application. Hal ini tentu mempercepat proses bisnis antara perusahaan dan agen. Dengan penyederhanaan ini, bisa jadi semakin banyak orang yang tertarik menjadi agen. Dengan semakin banyaknya agen, maka semakin banyak pedagang yang siap melayani masyarakat. Dan semakin banyak transaksi, maka semakin banyak pihak yang diuntungkan. Semakin banyak pihak yang diuntungkan, semakin besar perusahaan.

Nah, kira-kira begitu siklus start-up menjadi perusahaan besar. Lantas, apakah bisa langkah-langkah tersebut dilompati? Begitu memulai, langsung melakukan banyak langkah. Bisa? Bisa saja, dan kalau dicari-cari, mungkin — mungkin, ya — ada saja contohnya. Tapi, kita akan lebih mudah menemukan contoh perusahaan besar yang berawal dari prinsip  “one step at a time”.

 

5 Comments

Leave a Reply to hendratposgobing Cancel reply

Back to Top
%d bloggers like this: