Pada Mulanya, Kepercayaan

Kepercayaan. Itulah yang diberikan Sofia kepada Aisyah. Dia begitu yakin adiknya akan bisa mengendarai sepeda tanpa roda bantu.

Sebenarnya saya juga yakin bahwa Aisyah akan bisa. Tapi nanti, bukan sekarang. Masih banyak pertanyaan di benak saya.

Benarkah Aisyah sudah bisa tanpa roda bantu? Dia baru empat tahun, kenapa mesti cepat-cepat melepas roda bantu? Anak lain mungkin sudah bisa, tapi memangnya kenapa? Saya tidak tertarik menjadikan perkembangan anak lain sebagai tolok ukur bagi anak saya.

Sofia terus meminta. Aisyah juga ikut meminta. Saya tebak, Aisyah belum mengerti benar apa yang ikut dimintanya.

Saya terus menimbang. Apa risikonya? Jatuh dan terluka. Saya juga mengalaminya ketika belajar naik sepeda saat SD.

“Aisyah pasti bisa, Yah,” jamin Sofia. Suaranya bersemangat. Matanya berbinar.

Permintaan itu saya kabulkan. Roda bantu di sepeda Aisyah saya lepaskan. Joknya saya pendekkan.

Aisyah menaiki sepedanya. Perdana tanpa roda bantu. Dia mencoba menggowes.

Yaaa, tentu saja gagal. Dia terjatuh. Saya biarkan. Saya menunggu kapoknya.

Hari itu dan besok-besoknya, mereka menemukan cara supaya Aisyah tidak terjatuh. Aisyah duduk di depan, Sofia duduk di belakang. Aisyah membonceng Sofia.

Fungsi Sofia ada dua. Pertama, memberi daya dorong saat sepeda baru berjalan. Kedua, menjadi penahan ketika sepeda mulai oleng. Eh, ada yang ketiga, yaitu turut mengarahkan setang kemudi.

Dengan kata lain, Aisyah belum bisa menggowes untuk membuat sepeda bergerak. Belum lihai mengarahkan kemudi. Juga belum pandai menahan ketika sepeda dalam posisi berhenti.

Setelah sepekan berlalu, saya bersiap memasang kembali roda bantu di sepeda Aisyah. Untuk apa melepas roda bantu kalau membuat Aisyah tidak leluasa bermain sepeda?

Tapi, saat itulah Sofia berteriak, “Ayah, Aisyah sudah bisa!”

Saya lihat cara mereka bermain sepeda. Ternyata Sofia sudah tidak dibonceng lagi. Sambil berlari dia mendorong dari belakang. Setelah sepeda bergerak cukup cepat, dia lepas adiknya.

Aisyah terus menggowes. Sepeda meluncur. Lurus. Dia menurunkan kaki ketika sepeda berhenti.

Oke, berarti Aisyah sudah bisa mengarahkan setang kemudi. Dia juga sudah bisa menahan sepeda agar tidak terjatuh. PR-nya tinggal satu, yaitu menggowes sejak awal agar sepeda bisa bergerak.

PR itu selesai keesokan harinya. Perlahan-lahan dia menggowes, meluruskan setang, lalu sepeda bergerak. Berhasil!

Saya bahagia menyaksikan mereka berdua. Saya bahagia Aisyah mau belajar. Saya juga bahagia Sofia berinisiatif mengajari adiknya.

Sofia telah melakukan banyak hal –tentu tanpa disadarinya. Dia relakan waktu mainnya berkurang. Dia juga mau berlari-lari mendorong sepeda adiknya. Tapi, yang paling penting, sebelum keringat dan kesabaran itu, dia telah memberi adiknya kepercayaan. Dia yakin bahwa adiknya, insyaAllah, pasti bisa!

Sejatinya, Sofia tidak hanya mengajari adiknya, tetapi juga saya. Dia mengajari salah satu poin penting dalam mendidik, yaitu memberi kepercayaan. Jauh sebelum memberi fasilitas dan mengajari teknik, berilah mereka kepercayaan.

Leave a Reply

Back to Top
%d bloggers like this: