Api dalam Rumah Tangga

api-cinta

Perasaan saya hampir selalu berantakan setiap mendapat cerita tentang rumah tangga yang tidak harmonis. Ada yang selingkuh, ada yang ringan tangan, ada yang diadu domba oleh keluarga besar, dan sederet masalah lainnya. Saya sedih, geram, pilu, benci, tapi… tetap tak bisa bantu banyak.

Pastilah banyak sebab kenapa sebuah keluarga tidak harmonis. Namun keributan-keributan besar bisa jadi bermula dari masalah kecil yang diberi ruang untuk menjadi besar. Mungkin ini seperti api. Api yang mulanya kecil, bisa bertahan lama bahkan membumbung ketika diberi ruang untuk menjadi besar. Api kecil itu mulanya mungkin bisa menghangatkan dan menjadi “berkah”. Tapi ketika api itu membumbung dan membakar rumah kita, nah, itu musibah!

Untuk menghadapi masalah kecil dan besar itulah diperlukan kesadaran diri. Ya, sadar. Seperti reaksi kita terhadap api. Bisa dibiarkan untuk menerangi, bisa tetap dijaga untuk menghangatkan. Tapi berhubung yang kita punya itu bukan api abadi yang disembah oleh suku-suku terdahulu, maka api itu tidak perlu dinyalakan dalam waktu yang sangat lama.

Lilin untuk menerangi misalnya. Paling kita menggunakannya saat mati lampu, kan? Atau anggaplah semalam suntuk menyalakan obor. Tapi selama-lamanya pekat malam, pasti diusir oleh terang fajar. Nah, ketika fajar datang, tak perlulah kita terus menyalakan lilin untuk menerangi.

Memang yang saya tulis di atas itu cuma amsal. Anda bisa setuju, bisa tidak, dan boleh juga punya permisalan lainnya. Tapi dari situ kita bisa lihat, bahwa waktu semalam yang dihabiskan oleh suami-istri untuk bertengkar itu sudah terlalu lama. Maka kalau api kecil itu sudah terlalu lama menyala, jangan pula dikipas-kipas agar membesar lalu membakar rumah kita. Segera tiup, padamkan!

Leave a Reply

Back to Top
%d bloggers like this: