Lama gak nulis cerpen. Belakangan lebih suka nulis artikel sibuk nulis liputan. Tapi, pas melihat pengumuman lomba Kampanye Antikorupsi di Telkom University, saya jadi tertarik.
Setelah membongkar folder-folder lama yang berdebu (*uhuk, uhuk, batuk), saya menemukan cerpen yang kiranya pas untuk diikutkan lomba. Cerpen itu saya edit. Saya perbaiki penulisannya, saya tambahi di sana-sini. Setelah jadi, saya kirim ke panitia. *kalimat terakhir ini kayaknya anak kecil juga tau ya
Pas menunggu pengumuman, saya deg-degan juga. Menang gak ya? Menang gak ya? Tapi saya gak sampai ngitung kancing. Kan pakai kaos oblong :p
Saking kerasnya saya berharap (*haha, remeh!), saya sampai bermimpi. Dalam mimpi itu, saya dapat juara dua. Saya pikir, ya, bagus juga juara dua. Yang penting dapet hadiah.
Pas saat pengumuman, saya teringat mimpi saya. Maka saya biasa saja ketika nama saya tidak disebut saat pemenang juara harapan dan juara 3 umumkan. Kan di mimpi juga juara 2. Iya, kan? Saya menghibur diri J
Tapi, tiba-tiba saya pucat juga. Gile! Gimana kalau mimpi gue ternyata meleset? Gimana kalau tiba-tiba yang dapat juara 2 bukan gue?
Benar saja. Pas pengumuman juara 2, ternyata bukan nama saya yang disebut. Ah, pusing palak barbie (dari pada pusing kepala sendiri, mending pusing kepala barbie aja).
Sempat ciut juga. Kalau bukan saya yang juara 1, berarti mimpi yang kemaren-kemaren ini meleset banget. Jangankan juara 2, juara harapan saja gak dapat.
Pas jurinya bilang, “Nah, ini juara 1, kita sepakat untuk memenangkan…”, gue berharap banget nama gue disebut. Gue sudah gak ikut ke Garut. Gue juga sudah gak ikut acara yang lain untuk menghadiri pengumuman ini. Masak gue gak menang? (Ya masak lo mau maksa? :p)
Pas nama saya disebut, rasanya lega banget. Alhamdulillah. Ini seperti dahaga yang tersiram air dugan. Asyik!