Ada orang-orang yang memperlihatkan amalan ibadahnya. Mereka memperlihatkan salatnya, tilawah-nya, shaum-nya, sedekahnya, dan lain sebagainya. Salahkah? Bagi saya tidak, meski tentu ada yang mempermasalahkannya.
Mereka yang mempermasalahkan bisa jadi punya segudang alasan. Dan bisa jadi salah satunya adalah karena menganggap orang yang memperlihatkan amalnya tersebut merupakan orang yang pamer. Benarkah demikian?
Saya juga tidak tahu. Yang jelas, saya percaya bahwa segala amalan kembali ke niatnya. Dan niat yang di dalam hati itu sulit dilihat oleh orang lain.
Makanya, daripada terjebak dalam prasangka, saya memilih untuk tidak mempermasalahkannya. Dan lagi, orang-orang yang mempermasalahkan itu, belum tentu ibadahnya lebih baik, bahkan terbuka kemungkinan lebih buruk.
Bagi saya, manusia itu bisa jadi seperti pohon. Pohon memiliki bagian yang terlihat dan tidak terlihat. Bagian yang terlihat itu seperti daun, dahan, dan batang. Bagian yang tidak terlihat itu semisal akar.
Nah, orang-orang yang beribadah itu bisa berusaha menjadi salah satu bagian dari pohon. Mereka bisa berusaha untuk terlihat, bisa juga berusaha untuk tidak terlihat. Sama saja. Toh semua ada manfaatnya, semua ada kerjanya. Dan masing-masing bagian itu bisa menginspirasi. Wallahu’alam.