Dikirimi istri informasi ini:
Dalam keadaan lapar, potensi regenerasi sel menjadi sel (yang) lebih baik amatlah besar. Tubuh yang merasa lapar akan efektif mendeteksi mana sel rusak yang bisa “dimakan” dan didaur ulang.
—
Kita memang sebaiknya merasa lapar untuk jangka waktu tertentu. Bahkan kalau berkaca pada puasa Ramadhan, sebenarnya bukan sekadar “sebaiknya”, melainkan “seharusnya”. Mungkin itulah salah satu hikmah hadirnya Ramadhan: kita dikondisikan untuk merasakan lapar.
Andai tidak ada kewajiban untuk berpuasa di bulan Ramadhan, mungkin kita tidak mau berpuasa. Atau bisa jadi kita mau, tapi belum tentu sanggup menahan godaan makanan. Bayangkan, makanan bertebaran di mana-mana dan hanya butuh sentuhan ujung jari untuk menjangkaunya.
Ya, sih, resminya kita makan tiga kali sehari, tapi nyatanya? Itu masih ditambah dengan makan kue jam 10 pagi, menikmati jajanan jam 2 siang, dan makan gorengan jam 4 sore. Belum lagi jenis snack kemasan yang bisa kita makan sambil bekerja. Kalau dipikir-pikir, mungkin kita tidak makan hanya ketika tidur hehe.
Dan kalau mengambil inspirasi dari Ramadhan (lagi), kita memang dianjurkan untuk merasakan lapar, tapi tidak direkomendasikan untuk sakit. Karena itu, kapanpun kita merasa tidak sehat, mual, apalagi sampai mau pingsan saat sedang berpuasa, kita disuruh untuk berbuka. Ya, sesederhana itu. Lapar itu baik untuk kesehatan. Mestinya 😉
Pingback: #PesanAyah: Di-“tembak” Banyak Orang Itu Bukan Prestasi | Dedi Setiawan