Luka Dalam Bara merupakan buku terbaru Bernard Batubara. Buku ini merupakan kumpulan fragmen tentang percintaan dua insan. Dengan begitu, meski ada kisahnya, tapi pembaca tidak akan mendapatkan cerita layaknya novel. Ya, iyalah, kan tadi udah dibilang bahwa ini kumpulan fragmen :p
Buku ini setidaknya terdiri atas dua hal, yaitu ide dan kisah. Keduanya disuguhkan dalam bentuk pikiran, percakapan, surat, dan cerita keseharian. Bagaimana dengan hikmah? Cari sendirilah, manja amat! hehe.
Tentang ide misalnya, penulisnya menawarkan pemikiran betapa enaknya menjalin hubungan dengan orang yang punya kesamaan hobi. Dalam buku ini, kesamaan hobi itu adalah sama-sama hobi membaca dan menulis. Kesamaan hobi ini membuat mereka bisa saling merekomendasikan bahan bacaan dan intens berkirim tulisan.
Hal terbaik yang dapat dimiliki seorang pecinta kata-kata adalah seseorang yang juga menaruh kepedulian pada kata-kata sama besar dengannya
(hal. 20)
Buku ini juga menawarkan pemikiran bahwa cinta:
Cinta bukan sekadar persoalan bagaimana melangkah bersama, tetapi juga tentang mempertahankan langkah pada saat salah satu mulai lelah, agar tetap mampu berjalan.
(hal. 14)
Selain ide, buku ini juga memuat kisah. Kisah dalam buku ini cukup beragam, mulai dari pertemuan pertama, dikirimi foto bermain gokart, berkirim pesan yang ditulis dengan tulisan tangan –bukan ditulis dengan ponsel atau laptop, sampai dengan pertengkaran di suatu malam. Kisah-kisah dalam buku ini bersifat netral, sampai kemudian pembaca sendiri yang memberi bobotnya: menarik atau tidak menarik, penting atau tidak penting, dan seterusnya.
Judul yang Bikin Iri
Ya, saya iri dengan judul buku ini. Kok bisa sih bikin judul se-kece ini? Bagi saya, judul merupakan bagian terbaik dari buku ini. Asyik banget mengutak-atiknya.
Misalnya, judul buku ini bisa dibaca begini:
- Luka Dalam / Bara (Ada “luka dalam”, ada “luka luar”. Ini “luka dalam”, luka yang tidak terlihat dari luar)
- Luka dalam Bara (Ada luka yang lokasinya di dalam bara)
- Kata “Bara” sendiri pemaknaannya tidak tunggal. “Bara” bisa diartikan sebagai sesuatu yang terbakar dan masih berapi. “Bara” juga merupakan salah satu nama panggilan bagi penulis buku ini.
Cocok untuk…
Membaca buku ini berarti membaca penulisnya. Membuka halaman buku ini berarti masuk ke dalam dunia penulisnya. Tentu kita tidak akan sepenuhnya bisa membaca dan masuk ke dalam dunia penulisnya. Tapi, setidaknya, kita akan mendapat gambaran tentang itu. Karena seperti yang dikatakan penulisnya, buku ini bisa dipandang sebagai buku hariannya.
Karenanya, menurut saya, buku ini paling cocok dibaca oleh orang-orang yang memang ingin tahu tentang penulisnya. Mereka bisa mendapat cerita dan pemikiran penulisnya, termasuk mungkin hal-hal yang bersifat pribadi. Tentu ini merupakan sesuatu yang menarik bagi mereka yang memang ingin tahu.
Lantas, bagaimana dengan yang selain itu? Jangan khawatir, karena setidaknya ada dua kemungkinan yang menyenangkan. Pertama, bisa mendapat pelajaran. Kedua, bisa menikmati permainan kata. Mungkinkah pembaca mendapati kemungkinan ketiga, keempat, dan seterusnya? Sangat mungkin, karena sebagai pembaca, kita tidak pernah tahu pasti ke mana bahan bacaan akan membawa kita.