Pak tua asal Jerman itu benar ketika dia mengingatkan, “Don’t lose time to talk to much about the problem.” Ya, punya masalah itu sendiri sudah merupakan satu masalah. Jangan ditambah lagi jadi dua, tiga, empat, dan seterusnya dengan terlalu banyak membicarakan masalah tersebut. Terlalu banyak membicarakan masalah bisa berakhir pada tindakan buang-buang energi. Bahkan, bisa-bisa malah lupa permasalahan awalnya.
Sebenarnya ada pertanyaan pribadi yang ingin saya tanyakan ke dia: Bagaimana cara bapak menjalani hari-hari untuk menyelesaikan permasalahan yang sepertinya tak kunjung selesai — yang jangankan selesai, membicarakan masalahnya itu sendiri bisa jadi berlarut-larut? Bagaimana bisa bapak bersabar menjalani itu semua?
Saya tertarik dengan sisi humanisme-nya. Saya jadi tergelitik menanyakan hal-hal tersebut. Karena saya pikir, apa yang dia lakukan di Indonesia saat ini, pastilah akan lebih mudah kalau dikerjakan di negara asalnya. Sistem yang mapan, orang-orang yang se-etos. Surga, bukan?
Ah, sayangnya kesempatan itu belum tiba. Atau memang tidak perlu? Karena di akhir presentasinya dia kembali menekankan untuk tidak terlalu lama menbicarakan masalah. Seumpama perjalanan menuju Roma, akan sangat banyak pilihan jalannya. “Explain how do you like to solve it!” tegasnya.