Menghadapi Anak Tantrum

ilustrasi: anak tantrum

 

Sofia: Aku mau permen

Saya: Telepon mom, minta izin. Kalau diizinkan, kita beli permen. Kalau enggak, ya, gak usah.

*ssttt, ini trik bapak-bapak, supaya kalau anak batuk karena makan permen, maka bisa nyalahin ibu-ibu hehe… Gak gitu juga sih. Pembagian yang tidak pakem ini merupakan ikhtiar: menyerahkan keputusan ke orang yang lebih tepat. Izin bepergian ke ayah dan izin jajanan ke ibu. Gitu sih di keluarga saya, gak tau kalau Mas Anang #lho

 

Gak lama, saya dengar Sofia merengek ke uwak yang menjaganya. Lama-lama, terdengar anak empat tahun itu menangis. Makin lama, nangisnya makin heboh. Saya dengarkan saja dari kamar –walau sebenarnya saya sangat tidak suka mendengar suara tangis. Saya tunggu beberapa menit.

 

Setelah, saya rasa (apa saya pikir? apa  saya hitung-hitung? hehe), dia sudah cukup lelah puas menangis, saya datangi dia.

 

Kepada dia yang sedang berguling di lantai, dengan tegas saya bilang, “Sofia, kalau mau nangis, nangis aja. Kalau mau lebih kencang, ya, nangis lebih kencang. Gak papa kok. Tapi, Sofia tetap gak akan dibeliin permen.”

 

Sofia diam.

 

“Kalau mau nangis, gak papa. Nangis aja lagi. Sampe puas, sampe capek.”

“Enggak, aku gak mau nangis.”

“Beneran, gak papa. Kalau mau nangis, nangis aja. Tapi, ya, percuma… tetap gak akan dibeliin permen.”

“Enggak, aku gak mau nangis.”

 

Dan acara nangis-nangisan pun selesai. Gak lama kemudian, Sofia minta makan. Mungkin karena tadi dia sudah capek menangis hehe

 

Menangis itu wajar. Namun, kadang-kadang (seringkali? :p), saya kurang sabar menghadapinya. Mungkin akan lebih mudah kalau saya belikan saja apa yang dia minta. Tapi, saya pikir, dia harus mulai menyadari bahwa tidak semua permintaannya akan dituruti. Dia boleh merengek, menangis, dan berguling –selama tidak membahayakan. Saya hanya akan menunggu waktu yang tepat untuk bilang bahwa tangisannya tidak akan mengubah apapun.

 

Hasilnya? Lihat sendiri 🙂

 

Atau, bisa jadi lama-lama dia berpikir untuk merayu ibunya. Ya, itu, senjata yang berkali-kali dia gunakan… dan berhasil. Menurut saya sih bagus, toh, dari situ dia juga belajar. Dia mendapat contoh kelembutan dari ibunya dan ketegasan dari ayahnya. Saya sih gak keberatan. Tapi, ya, kalau anak batuk, saya akan bilang ke istri, “Tuh, kan, anaknya batuk, dikasih jajan sembarangan sih.” hehe… dasar! :p

Leave a Reply

Back to Top
%d bloggers like this: