Menghadapi Penentangan Anak

anak marah

Pekan lalu saya ngumpul dengan beberapa anak SMA. Iseng saya bertanya, “Gimana hubungan dengan orang tua? Baik-baik aja?”

Sebenarnya saya agak kaget dengan pertanyaan saya sendiri. Saya pikir, untuk apa saya tanya seperti itu? Apa urusan saya? Baru kenal gini.

Kalau bisa sih, saya mau narik pertanyaan itu lagi. Gak jadi nanya gitu. Tapi ada daya, pertanyaan itu sudah meluncur. Dan mereka mulai menanggapi.

“Nyebelin!” jawab salah satu dari mereka.

Dengan wajah serius, ada juga yang jawab, “Mereka kayak gak ngertiin kita.”

Yang bikin saya kaget, ada juga yang jawab, “Kemarin saya bentak-bentak orang tua.”

Waduh, jawaban mereka bikin saya tambah kaget. Pertanyan iseng, tapi jawabannya serius, Lur! Hal positifnya, mereka cukup terbuka.

.

Apa yang Anak Pikirkan Tentang Saya?

Saya jadi bertanya, apa yang dipikirkan anak-anak saya tentang ayah mereka?

Karena sadar bahwa saya adalah sosok ayah yang galak dan banyak aturan, sejujurnya saya maklum kalau anak-anak saya nantinya punya jawaban seperti anak-anak SMA itu. Oh, tentu jawaban yang terakhir itu kurang bisa saya maklumi. Saya bisa menerima ketika anak saya marah, tapi hampir pasti tidak bisa sabar ketika mereka membentak-bentak.

Hmm, penentangan oleh anak-anak? Ya, gak masalah. Silakan. Saya malah lebih suka kalau argumen saya dikalahkan oleh anak-anak. Kalah, tapi suka hehe. Dan sepenuhnya saya siap untuk itu.

Kalau kata Meg Meeker, begini:

Putri Anda ingin Anda menjadi figur yang memegang otoritas. Namun, saat dewasa, ia mungkin akan menguji untuk melihat apakah Anda serius dengan otoritas Anda. Para ayah tahu bahwa anak laki-laki remaja akhirnya akan menantang mereka. Permainan basket satu lawan satu akan lebih kompetitif, dan anak akan mulai melawan otoritas ayah.

Banyak anak perempuan juga menantang ayah mereka. Mereka akan berebut kekuasaan dengan Anda. Bukan untuk melihat seberapa kuat diri Anda, tapi untuk melihat seberapa Anda benar-benar memedulikan mereka.

Jadi, ingatlah, saat ia menantang keras aturan Anda, memukul, menangis sambil berkata bahwa Anda tidak adil, sebenarnya ia memberikan pertanyaan untuk Anda: Apakah aku layak bagimu, Ayah? Apakah Ayah cukup kuat menanganiku? Pastikan putri Anda tahu bahwa jawabannya adalah “ya”.

Ya, mulai saat ini sepertinya saya harus memelihara kesadaran bahwa penentangan memang harus dihadapi dengan cara yang elegan. Sama seperti saya sadar bahwa otoritas itu berada di tangan saya. Dan saat waktunya tiba, mungkin saya harus setenang hari-hari belakangan ini –bahkan dengan tetap tertawa, seperti ketika mendengar Si Kecil Sofia cemberut lalu bilang, “Ayah jelek!”

Leave a Reply

Back to Top
%d bloggers like this: