Sudah jam sepuluh malam. Saya membuka lemari dapur. Aisyah membuka pintu kamarnya. Dia memang belum lama pamit mau tidur. Sudah peluk, cium pipi, dan salim.
Namun suara lemari dapur, meski saya berusaha membukanya secara pelan dan perlahan, sepertinya membuatnya keluar kamar lagi. Dia melihat saya menuang kacang koro ke dalam stoples. Dia mendekati saya. Matanya terlihat sayu.
Lalu dia bilang, “Jangan banyak-banyak makan ini, Yah. Nanti Ayah batuk. Nanti Ayah diinfus.”
Saya sebenarnya mau tertawa. Pesannya, dan cara mengucapkannya, terdengar lucu. Saya tidak bisa benar-benar tahu: dia sedang serius atau bercanda.
Akhirnya saya putuskan untuk tidak tertawa. Saya memeluknya. Mengucapkan terima kasih sudah diingatkan.
Ketika Anak Mengingatkan
Anak selalu punya cara untuk mengingatkan. Ya, sebetulnya caranya satu, yaitu langsung mengingatkan hehe.
Tapi mereka dianugerahi… apa ya, kekuatan untuk menyampaikan secara polos dan membuat kita menerimanya secara suka rela.
Bayangkan kalau yang menasehati seperti itu adalah pasangan kita. Bagaimana perasaan kita? Mungkin kita menerima, tapi dengan banyak tapi hehe.