Nanti Ayah Batuk
Sudah jam sepuluh malam. Saya membuka lemari dapur. Aisyah membuka pintu kamarnya. Dia memang belum lama pamit mau tidur. Sudah peluk, cium pipi, dan salim.
Sudah jam sepuluh malam. Saya membuka lemari dapur. Aisyah membuka pintu kamarnya. Dia memang belum lama pamit mau tidur. Sudah peluk, cium pipi, dan salim.
Awalnya saya tidak memperhatikan ketika Aisyah bercerita. Saya pikir itu cerita karangannya saja. Tapi setelah saya dengar baik-baik, tahulah saya bahwa dia sedang menceritakan tentang Raden Sumantri.
Hamka merupakan sosok yang menarik. Dia novelis, juga politisi, sekaligus ulama. Predikat yang terakhir itulah yang membingkai hari-harinya. Dia bisa keras saat menjadi anggota Konstituante. Dia bisa tegas ketika menyampaikan khotbah. Namun, kemewahan itu tercabut saat menulis fiksi.
Suatu hari Zainab disuruh ibunya memanggil seorang anak yang berjualan pisang goreng, “Panggillah, Nab, kasian juga awak!” Setelah mendekat, barulah diketahui bahwa anak itu bernama Hamid. Dia seorang yatim. Dia berjualan untuk membantu ibunya.