“Time never stops. Why should we?” begitu kata Jack Heuer, cucu dari Eduardo Heuer. Nama yang terakhir itu merupakan founder TAG Heuer, jam tangan terkenal asal Swiss. Nama-nama seperti Barrack Obama, Leonardo diCaprio, Tiger Woods, dan Brad Pitt, hanyalah sedikit contoh dari banyak nama yang pernah memakai jam tangan yang terus eksis sejak 150 tahun lalu itu.
Betul kata Jack, waktu tidak pernah berhenti. Detak detik jarum jam memang bisa berhenti, tapi tidak dengan waktu. Hari akan selesai dan malam akan usai, tapi tidak dengan waktu. Kehidupan dunia akan berakhir, tapi waktu terus berlanjut.
Dan dari waktu-waktu yang tak pernah berhenti itu, tidakkah kita mengambil inspirasi? Nyatanya, ada orang-orang yang tidak berhenti walau jasadnya mati. Sebutlah itu nama-nama semisal Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wasallam, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, Ahmad Dahlan, Hasyim Asyhari, A. Hassan, dan seterusnya. Sebut juga misalnya Tjokroaminoto, Soekarno, M. Hatta, M. Natsir, Sjahrir, Tan Malaka, dan seterusnya. Mereka orang-orang yang tetap “hidup” sampai sekarang, meski jasadnya telah dikubur.

Ah, alangkah sebentarnya hidup jika hanya diukur sampai batas kematian jasad. Nyatanya, amal baik dan warisan ilmu membuat orang-orang yang telah mati bisa “hidup” sampai kapan pun jua. Jasad memang akan lemah lalu mati, tapi amal kebaikan tidak.
Jika pertanggungjawaban senantiasa menanti, maka idealnya amal kebaikan tak boleh terhenti. Menyadari waktu yang tak pernah berhenti, tidakkah kita tertarik mewariskan amal dan ilmu yang tak hanya abadi, tetapi juga terus tumbuh dan berkembang? Wallahu a’lam.